Rabu, 31 Oktober 2012

POJOK SISWA


Rasisme”
Seperti yang bisa kita lihat, rasisme telah muncul kembali, dan parahnya, kali ini dalam kalangan pelajar. Nah, kali ini saya akan membahas tentang rasisme, terutama dampaknya.
Sebelum kita bahas tentang rasisme, mari kita lihat dulu sebenarnya apa sih definisi RASISME
Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusiamenentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.
Seperti yang bisa kalian lihat, Rasisme adalah salah satu bentuk pelecehan SARA, dan rasisme yang kuat berdampak fatal terhadap kehidupan, terutama hubungan sosial antar masyarakat. Rasisme telah menjadi faktor pendorong diskriminasi sosial, segregasi dan kekerasan rasial, termasuk genosida, di masa yang lalu. Sekarang (Di indonesia), rasisme hanya terlihat dari peperangan antar suku saja, tapi belakangan ini, telah muncul beberapa orang rasis terhadap AGAMA. Suku, Ras, Agama, antar bangsa, sekarang yang paling berbahaya pastinya Agama. karena di seluruh dunia, AGAMA adalah penyatu sekaligus pemisah, dan bersifat cukup global.
Rasisme bisa dilihat dari berbagai segi. Tingkah laku, seperti menjauhi, mengucilkan, membunuh, merampok yang tidak disukai. Ucapan, bukan hanya secara lisan, tapi terutama tertulis, dan tertulisnya di media massa (Koran, majalah, dll.) dan Jejaringan sosial (Facebook, Twitter, MySpace).
Menyikapi hal ini, kita sebagai pelajar tentunya harus sepenuhnya menghindarinya. Sulit sekali menghilangkan Rasisme setelah kita sudah mengalaminya, karena rasisme biasanya berdasar pada rasa benci, jijik, atau marah. Maka jagalah relasi terhadap sesama dengan baik, bergaulah dengan mereka yang beda suku, ras, atau agama, tapi hindarilah topik-topik tersebut saat berinteraksi. Dengan banyaknya interaksi terhadap berbagai macam orang, kita tentunya akan pelan pelan mengenal tradisi atau budaya mereka, yang sebenarnya baik.
Berikut sebuah artikel mengenai rasisme yang mulai muncul kembali: (oleh catatan harian Bimo)
Ini terjadi kurang lebih 9 hari yang lalu, tepatnya pada malam hari tanggal 7 Oktober 2011, setelah saya menghadiri acara Pasar Malam 2011 di Calgary.
Ketika itu saya membawa beberapa teman baik saya untuk ikut menghadiri acara Pasar Malam tersebut, dengan niatan agar mereka bisa mendapatkan kesan pertama yang baik tentang Indonesia melalui sajian kuliner dan budaya. Dua diantaranya berasal dari Korea Selatan, satu dari Tiongkok, dan satu lagi Chinese-Canadian. Jelas, kami tampak seperti segerombolan orang Asia.
Singkat cerita, setelah puas dengan acara Pasar Malam, kami berlekas pulang ke asrama. Kami ber-5 menunggu di sebuah halte bis. Waktu menunjukkan sekitar pukul 9 malam.
Tiba-tiba, sebuah mobil Hyundai warna putih berisi dua bule paruh baya melintas dan mengarah ke halte bis. Jendela samping dibuka, dan si bule pun berteriak seenaknya, “F**K YOU ASIANS!!!” sambil menodong jari tengahnya di hadapan kami ber-5.
Telinga panas dibuatnya. Ingin rasanya bule itu saya cekik lehernya sampai meminta ampun. Ingin rasanya mobil itu saya remuk dalam-dalam hingga menjadi besi rongsokan. Ingin. Tapi tidak saya lakukan. Tidak bisa saya lakukan.
Tidak cukup disitu, mobil itu memutar balik. Si bule memanjat keluar dari jendelanya, dan mengulangi hate speech nya dengan meneriakkan ungkapan yang sama, sambil tertawa terbahak-bahak. Kami ber-5 tahu diri, dan mendiamkan saja. Saya hanya berharap agar Tuhan berlaku adil bagi kita semua.

Sudah umum diketahui bahwa kondisi ekonomi di Amerika (termasuk Kanada) dan Eropa sedang tidak sehat. Periode 2009 – 2010 menjadi saksi begitu banyaknya warga Kanada dan Amerika Serikat yang diberhentikan dari pekerjaannya, mulai dari pelayan restoran, teller bank, sampai para insinyur dan eksekutif.
Bagi mereka (bule-bule) yang berpendidikan, PHK besar-besaran adalah imbas dari situasi ekonomi dunia yang sedang tidak baik. Bagi sebagian dari mereka yang kurang berpendidikan (sehingga berwawasan sempit), saya berasumsi bahwa mereka menganggap PHK besar-besaran tidak lain disebabkan oleh kehadiran para imigran (termasuk dari Asia) di Kanada.
Tentu tidak semua berpemikiran demikian. Masyarakat Kanada, ketimbang tetangga adidaya mereka, lebih menyadari bahwa masyarakat Kanada pada dasarnya adalah masyarakat imigran. Bule Kanada tidak hanya bermuasal dari para pengungsi Inggris, tetapi juga mereka yang lari dari negara-negara seperti Kroasia, Rusia, Polandia, dan sebagainya.
Di dekade-dekade terakhir, demografi Kanada menjadi lebih beragam dengan hadirnya imigran-imigran baru, umumnya dari Asia. Mereka banyak yang memulai hidup baru dari bawah: imigran Cina menjadi pedagang, imigran India memenuhi jalanan sebagai supir taksi, dan sebagainya. Tapi seiring berjalannya waktu dan membaiknya taraf hidup masyarakat, kini para imigran (dari Asia) dan warga negara Kanada keturunan Asia telah banyak yang sukses dan berhasil dalam berbagai bidang kehidupan. Banyak yang menduduki jabatan-jabatan vital dan strategis di pemerintahan, bisnis dan industri, hingga militer.
Bagi para bule yang memang sedang terkena imbas krisis ekonomi dunia, khususnya mereka yang berhaluan white-supremacist, kehadiran para imigran terkesan menjadi momok bagi perekonomian Kanada, dan menjadi penyebab mereka kehilangan pekerjaan. Mungkin para imigran cenderung memiliki etos kerja yang lebih baik. Atau mungkin mereka memiliki kompetensi, kapasitas dan kemampuan yang lebih baik.

Tidak ayal, mungkin kedua bule tadi memang sedang bad mood saja, atau sedang mabuk. Tuhan Maha Tahu.
Memang dunia ini jauh dari ideal. Di atas kertas, Kanada tidak mentolerir rasisme danhate speech seperti yang saya alami. Kenyataannya, bule-bule yang berhaluan demikian masih saja berkeliaran di abad kini yang sudah demikian maju. Pun demikian di T`nah Air. Indonesia tidak mentolerir terorisme dan separatisme. Tetapi para teroris dan separatis masih berkeliaran di beberapa daerah.
Jikalau hal ini tidak terjadi secara langsung terhadap saya, mungkin saya akan ‘cuek-bebek’ perihal rasisme ini. Tetapi karena kejahatan ini men-target saya secara langsung, persepsi dan nilai-nilai saya pun berubah. Memang tidak dipungkiri bahwa emosi juga yang ikut membesarkan kemarahan saya. Apakah saya yang salah? Toh saya ini masih manusia biasa, bukan artificial intelligence yang tidak ber-emosi.
POJOK SISWA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar